Head unit, atau unit utama yang
membaca sinyal analog dan atau digital dan diartikan menjadi suara di speaker,
sekarang merupakan salah satu perangkat yang seakan wajib dimiliki di sebuah
mobil. Bahkan pada beberapa situasi, head unit bisa menjadi pembeda kasta mobil
(mobil angkutan atau mobil penumpang ).
Bagaimana sejarah Head Unit?
Dari beberapa literatur yang
nubie pelajari, nubie menyimpulkan bahwa umur sejarah dari "head unit"
itu sendiri sama tuanya dengan umur mobil produksi massal. Tapi tentu saja,
head unit (HU) pertama yang diciptakan tidak secanggih HU masa kini.. Jauh dari
itu.
Salah satu mobil komersil pertama
yang dijual secara massal yang paling terkenal adalah Ford Model-T (secara
teknis bisa disebut merupakan genesis layout mobil massal hingga masa kini),
dan pada masa Model-T pula "HU" mulai terkenal. "HU" yang
terkenal berkat Model-T ini diciptakan oleh Motorola (basically father of all mass
communication peripherals) dalam bentuk radio AM. Mengenai tahun, berdasarkan
literatur hanya disebutkan tahun 1930-an...
Bentuk Radio Motorola 1930:
Catatan yang menarik dari radio
pertama yang ditempel di mobil ini adalah di harganya. Saat itu radio Motorola
ini merupakan radio portable pertama yang rangkaiannya didesain khusus untuk
digunakan di Model-T, dengan desain yang cukup rumit untuk masanya. Sehingga,
radio Motorola ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang kaya saja, karena harga
dari radio ini kira-kira setengah harga Model-T sendiri. Dan tentu saja, radio
Motorola ini pada masa itu merupakan salah satu simbol status seseorang.
Sejalan dengan waktu, teknologi
makin berkembang, dan... (classic..) car radio pun makin terjangkau. Motorola
tetap memimpin pasar hingga 2 dekade kemudian, hingga akhirnya Blaupunkt
menciptakan radio mobil pertama yang bisa menangkap siaran FM (1952) yang
bernama Blaupunkt Ideal A520, meskipun FM belum populer pada saat itu.. Pada
era ini, Blaupunkt dianggap berhasil merepresentasikan head unit yang sempurna
untuk mobil, sehingga 520 ini kemudian menjadi patokan desain HU-HU berikutnya.
Blaupunkt
Attachment:
Pada 1955 juga, Chrysler
menciptakan HU Record player, yaitu HU yang bisa memainkan piringan dari
keramik diatas turntable yang berisikan 6 lagu. Mekipun pada akhirnya gagal,
karena selain mahal, Record player mudah rusak karena guncangan, akan tetapi
desain Chrysler ini merupakan genesis dari CD-player Head Unit modern.
Chrysler:
Berangkat ke era 60-an, tepatnya
era muscle cars, Ford dengan gigih memasarkan 8-track audio, yaitu semacam
media berbentuk kaset. 8-track radio sendiri pada masa itu merupakan teknologi
baru yang tidak terlalu populer, karena selain mahal, juga kurang reliabel..
Tetapi memang merupakan media musik paling portable pada masanya. Ford juga
merupakan jajaran depan yang memperkenalkan sound system "stereo"
yaitu speaker di pasang di kabin depan dan belakang. Format ini akhirnya
diikuti oleh produsen mobil yang lain agar bisa mengejar kesuksesan Ford.
Tahun 70-an, lagi-lagi tercatat
karena Ford yang mempopulerkan head unit cassete. Meskipun pada masanya masih
kurang populer, dan teknologi cassete masih belia sehingga head unit produksi
awal-awal sempat mengalami error berupa jamming, tetapi berkat kerjasamanya
dengan produsen kaset seperti BASF dan TDK, tidak menghentikan langkah Ford
untuk menggunakan format ini sebagai standar baru audio mobil.
Pada tahun 80-an, ketika cassette
merajalela di pasaran home dan car audio, produsen mobil lagi-lagi bergerak
radikal dengan mulai mengimplementasikan CD-player di varian top-of line mereka.
Padahal pada masa ini CD player untuk home saja masih jarang, dan hampir
mustahil melihat kemungkinan CD player bisa mengambil alih kesuksesan cassette.
Hal ini yang kemudian menyebabkan teknologi CD berkembang secara stagnan..
Hingga akhirnya juga keluar mini-CD dan MD yang juga dibuat versi head
unitnya.. Pada era ini cassette terus menerus mendominasi pasar hingga satu
dekade kedepan, dan sebutan "tape" untuk HU mobil mulai menjadi tren,
padahal sebenarnya tape sendiri adalah cassette.
Tahun 90-an, dengan advertising
yang gencar dan pergerakan di dalam dunia home audio, CD player semakin meraih
dominasi di Car Audio. Siap tidak siap, versi low end dari mobil-mobil
komersial mulai dipasang CD player sebagai standar, meskipun di banyak mobil
ada multi reader HU (cassette+ CD player). Di tahun 90-an ini pula mulai
menjamurnya head unit aftermarket dari berbagai merk elektronik, dan HU dari
Jerman dan Amerika yang tadinya merajalela mulai tergeser dengan kedigdayaan
Jepang. Disini juga dimulainya standarisasi ukuran head unit (1-din dan 2-din)
yang berlaku secara universal. Di akhir 90-an juga dimulainya kepopuleran head
unit DVD dan layar motorized (multimedia).
Era tahun 2000 disaat semua orang
berpikir bahwa teknologi head unit tidak bisa berkembang lagi, BMW mematahkan
anggapan itu dengan head unit i-Drive. i-Drive adalah sebuah sistem multimedia
terintegrasi yang dapat memutar lagu dengan menyimpannya di hardisk. Dan
tiba-tiba, HU seperti mendapatkan quantum leap dari perkembangan yang memakan
waktu sepanjang dekade menjadi hanya tahunan. Mengejar sistem entertainment dan
informasi, banyak produsen HU yang mulai mengaplikasikan GPS sebagai fitur
standar, lalu telepon built in car yang tadinya menggunakan kabel mulai
digantikan bluetooth dan terkoneksi dengan headunit, dan setelah era iPod,
seakan hampir semua HU memiliki interface interkoneksi USB . Hingga menuju
2010, semakin bebasnya persaingan di pasar ini bahkan produsen dari China
berusaha mengambil porsi dengan produksi HU yang murah tetapi berfitur banyak.
Era 2010-an ditandai dengan
diakuinya era cassette HU berakhir. 99,9% mobil komersial sudah menggunakan CD
player.. Tapi, bagaimanakah bentuk dan aplikasi HU pada era ini?... Beberapa
produsen sudah memberikan gambaran acuannya :
HU Era 2010-an
Dari sejarah, ada fakta yang
cukup menarik dari perkembangan HU. Apakah itu? Fakta menarik tentang HU
adalah, sejak pertama kali di aplikasikan di mobil, syarat HU adalah harus
merupakan statement dari mobil dimana HU itu dipasang. HU, secara simbolis,
adalah deskripsi dari kasta sebuah sebuah mobil. Disebuah mobil yang memiliki
kasta tak tertandingi seperti Rolls Royce, atau mobil yang sengaja diciptakan
sebagai benchmark teknologi mobil seperti S-class, HU yang terpasang wajib
memiliki teknologi mutakhir terkini, tidak peduli seberapa besar, atau seberapa
mahal teknologi itu bisa diaplikasikan kedalam HU. Perkembangan HU tidak
berpatokan pada tren, atau batasan teknologi, tetapi HU wajib lebih maju
daripada keduanya.
Memang pada dekade lampau pada
akhirnya aplikasi HU mutakhir setelah menjadi showcase dalam kasta mobil yang
tinggi, akan membutuhkan beberapa tahun untuk dapat diaplikasikan ke kasta yang
menengah ke bawah karena menunggu teknologi yang lebih stabil dan efisien
sehingga dapat dijual dengan harga lebih terjangkau. Akan tetapi, pada era ini
ada sesuatu yang berbeda dibanding era-era sebelumnya. Pada masa kini, produsen
aftermarket berlomba-lomba untuk berinovasi dalam kancah aplikasi fitur dan
teknologi HU, sehingga hasilnya dapat membuka peluang mobil kasta menengah
kebawah untuk memiliki fitur yang sama canggihnya dengan mobil kasta tinggi.
And fortunately, that is what
happening now. Ketika Audi mulai mengembangkan system ICE dengan kapabilitas
internet browser, tahun berikutnya Nissan mengaplikasikan internet browser HU
ke produk menengah nya (di Indonesia ada di Juke). Ketika Lexus mulai
mengembangkan sistem central command menggunakan mouse pad, Kenwood memulai
mengaplikasikan capacitive touchsreen yang lebih intuitif. Bahkan sekarang
produsen aftermarket sudah melangkah lebih jauh.
Beberapa produsen dari Korea dan
China sudah mulai menyerang pasar dengan HU LCD yang memiliki OS Android.
Dimulai dari OS Eclair, HU pertama yang diluncurkan AVT langsung support slide
and touch. Di dalam HU tersebut juga support software navigasi dan browser,
yang tadinya fitur ini hanya ada di mobil mewah. Saat ini HU yang memiliki OS
android sudah sampai ke Gingerbread, dan nampaknya kesulitan untuk
mengembangkan ke OS yang lebih baru, resolusi maksimalnya pun masih WVGA, belum
support HD, jadi kalau main file .MP4 yang 720P dan 1080P jadi di downscale.
AVT AN6B01 Android
Serangan Korea dan China ini
cukup membuat gentar produsen Jepang. Untungnya, penggunaan OS android di HU
ada kekurangan yang fatal, yaitu loading screen yang sangat lama (kira-kira 30
detik dari kondisi mati), dan system yang tidak seamless. Sehingga produsen
Jepang bergerak lebih cerdik. Dimulai oleh Pioneer, yang meluncurkan paket
software dan hardware yang bernama Appradio. Appradio adalah aplikasi cerdas
yang ditujukan untuk pengguna iPhone (baru iPhone saja), yang dapat me-mirror
kan tampilan di layar iPhone ke layar HU. Kecerdasan Appradio ini ditunjang
dengan layar yang full capacitive, meskipun belum HD juga. Beberapa app di
iPhone yang di support oleh Appradio antara lain Maps, Navigation, Contacts,
Gallery dan Music. Pada pengembangan berikutnya (Appradio 2) ada beberapa
software aftermarket seperti games yang bisa di mirror ke layar HU. Kelebihan
Appradio ini adalah koneksinya lebih seamless, dan memiliki potensi yang tidak
terbatas (even ketika HU Pioneer nya tidak ada navigasi built in, bisa buka
navigasi di iphone dan ditampilkan di layar HU). Kekurangannya tentu butuh
banyak pengembangan agar mirroring nya lebih banyak dan lebih sempurna,
sehingga butuh waktu lama. HU Pioneer inipun sudah ada yang hadir di Indonesia
yang support Appradio 1, yaitu Pioneer seri 8450 (belum capacitive).
Pioneer 8450, sebagai HU pertama
Pioneer yang support Appradio 1:
Melihat kesuksesan Appradio,
nampaknya membuat Sony merasa gerah. Sebagai punggawa Google Android, Sony
merilis software MirrorLink yang mulai di aplikasikan di HU keluaran terbarunya
yaitu 601BT dan 701HD. Kelebihan MirrorLink dibanding Appradio adalah, selain
memiliki kapabilitas mirroring iPhone, juga bisa mirroring Android, dan Windows
mobile. Kekurangannya adalah, tidak seamless, dan pilihan app nya masih sangat
terbatas untuk konsep awal sebuah software. Baru bisa memainkan Nav, contact
dan music. Khusus untuk Sony ini belum di rilis di Indonesia, tinggal tunggu
tanggal mainnya untuk komparasinya dengan Appradio.
Sony XAV-701HD support MirrorLink
untuk Android dan iPhone:
Selain konektifitas OS, beberapa
tren lain yang akan menjadi hit era ini adalah interkoneksi antara kendaraan.
Dengan banyaknya social media yang diinstall di HU dan juga browser, hal ini
akan memberi kesempatan bagi produsen untuk membuat sebuah wadah khusus yang
dapat membuat antara mobil satu dan lainnya dapat berkomunikasi. Hal ini sudah
dikembangkan beberapa tahun lalu oleh Toyota (software seperti foursquare
sehingga kita bisa tau dimana letak teman-teman kita yang menggunakan kendaraan
yang memiliki software ini, dan bisa chat antara satu sama lain via message in
car), dan kini dikembangkan lebih jauh oleh Ford (dibidang security,
mengirimkan sinyal ke mobil yang berada beberapa ratus meter didepan agar
mengetahui lokasi kendaraan kita sehingga pengemudi lain lebih aware).
Selain itu, akan terbuka juga
kemungkinan produsen aftermarket untuk media informasi kendaraan, seperti tire
pressure monitoring system (TPMS), oil pressure monitoring system, dll dsb.
Cukup dengan modul khusus yang ditanam di pentil ban dan di ruang mesin. Selain
itu Alpine sudah mulai mengeluarkan hardware dan software berupa HU yang
support 5 kamera yang bisa diletakkan disekeliling mobil (bumper depan, bawah
spion kiri kanan, di atas bagasi, dan di bumper belakang), meskipun sementara
hanya dibuat khusus untuk Alphard/Vellfire.
Alpine Camera
Ada kemungkinan lain tren HU yang
akan menjamur yaitu HU yang support resolusi tinggi (minimal Full HD 1080P),
dan juga support prosesor suara untuk surround sound. Selain itu dengan semakin
banyaknya HU dengan SD card reader hingga 8 Gb saat ini ada kemungkinan besar
bahwa akan ada HU aftermarket yang menggunakan flash memory built in, dan juga
memiliki kapabilitas untuk memainkan file film hig-def seperti matroska atau
mp4. Dan pastinya akan ada waktunya HU mendukung semua OS mobile seperti iOS,
Android, dan Windows Mobile.
Adapun resistensi untuk
pengembang aftermarket menelurkan produk baru yang revolusioner, dan
permasalahan utamanya adalah semakin menjamurnya integrated ICE di mobil
keluaran terbaru. Bahkan mobil sekelas Mazda2 saja sudah memiliki integrated
ICE dengan fitur cukup lengkap. Kita tinggal berharap bahwa pengembang seperti
Pioneer Appradio, Sony MirrorLink, dan Alpine Camera System tidak takluk akan keadaan.
Setelah kita tahu sedikit sejarah
lahirnya head unit atau audio mobil yang tidak bisa lepas dari kelahiran radio.
sekarang kita akan melihat tren sistem audio atau lebih tepatnya audio-video ke
depan.
Seiring dengan perkembangan teknologi
Audio peran tape mulai digantikan oleh keping CD, MP3 ataupun DVD. Bahkan Audio
yang telah dilengkapi dengan port usb dan koneksi nirkabel telah menjadi salah
satu senjata untuk jualan mobil. Masuknya teknologi Video membuat kemampuan
Audio Video mobil meningkat.
Intregrasi beberapa fungsi tidak
berhenti disitu. Sekarang ini head unit juga sudah diintregrasikan dengan
sistim navigasi, camera parkir, bahkan sudah tersambung ke internet.
Perkembangan ini tidak lepas dari
perkembangan operating sistem (OS) Android yang lahir dari perangkat HP. Ambisi
besar Google sebagai pemilik Android, tidak saja ingin mengusai OS smartphone,
tetapi menguasai semua peralatan elektronik dan automotiv. jangan kaget kalo
semua barang elektronik seperti lemari es, mesin cuci ac dll terintegrasi
menggunakan perangkat lunak Android.
Kembali ke Audio atau head unit,
invasi robot ijo sudah mulai menjangkaunya. Seperti apa yang dilakukan Clarion
melalui seri Clarion AX1 yang telah berotak Android. Clarion AX1 seperti
smarphone yang dibenamkan ke dasbor mobil.
Perhatikan saja spesifikasinya,
layarnya saja sudah menggunakan capacitive multitouch panel 6,5 inci, dengan
resolusi full HD. Semua aktifitas yang biasa dilakukan di smartphone dapat
dilakukan juga disini seperti browsing, melihat youtube, cek email, mengunduh
aplikasi atau lagu.
Clarion AX1 juga sudah
menyediakan aplikasi GPS, slot microSD, 2 port USB dan siap untuk dihubungkan
dengan ponsel android maupun iphone. Namun sayang Head unit yang dilengkapi
prosessor ARM Cortex A8 core 800Mhz dengan ram 1 GB ini belum dilengkapi slot
sim card. Sehingga untuk koneksi masih membutuhkan jaringan WiFi.
Seri OS yang ditanam pada Clarion
AX1 mesih versi Gingerbread dengan alasan paling cocok dengan head unit yang
harus mampu menahan panas mobil saat mobil diparkir. Satu hal yang membedakan
dengan smartphone adalah khusus untuk Clarion AX1 untuk mengunduh aplikasi
tidak menggunakan Google Play melainkan dari app garage. Clarion untuk saat ini
telah menyediakan 3 ribu unit yang dibandrol dengan harga 5,8 juta rupiah.
Bukan tidak mungkin kedepan
pabrikan mobil tidak menyediakan head unit namun hanya akan menyediakan dock
untuk menaruh tablet atau smartphone dan secara otomatis akan terkoneksi sistem
audio mobil atau bahkan bisa membaca atau mendeteksi kerusakan mobil.
Sumber :
http://www.serayamotor.com/diskusi/viewtopic.php?f=4&t=16790
http://motorekblog.com/evolusi-audio-mobil-saat-android-meng-invasi-mobil/